Prabowo Masuk Kabinet, Ribut di Medsos Berkurang 

Prabowo Masuk Kabinet, Ribut di Medsos Berkurang 

RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Direktur Eksekutif Komunikonten, Institut Media Sosial dan Diplomasi, Hariqo Wibawa Satria mengatakan, pemberitaan tentang calon menteri berpengaruh. Kata “keringat” digunakan pendukung Jokowi, supaya Jokowi mengutamakan mitra koalisi. Sementara kata “konsisten” digunakan pendukung Prabowo, agar Prabowo jadi oposisi.

Menurut Hariqo, penurunan signifikan terjadi seminggu ini (14 Oktober 2019 – 21 Oktober 2019) dipicu kabar bahwa Prabowo Subianto dan Edhy Prabowo akan menjadi menteri di Kabinet Jokowi-Ma'ruf.

“Tren penurunan sebenarnya dimulai sejak pertemuan Prabowo dan Jokowi di MRT pada 13 Juli 2019. Semakin menurun ketika gerakan mahasiswa dan pelajar turun ke jalan pada 23 - 30 September 2019. Dari banyak isu, penolakan terhadap revisi UU KPK dan bahaya oligarki telah mempersatukan pendukung Jokowi dan Prabowo,” jelas Hariqo yang juga penulis Buku Seni Mengelola Tim Media Sosial atau #SMTmedsos, dalam keterangan tertulis kepada Riaumandiri.id, Senin (21/1/0/2019).


Lebih lanjut Hariqo menjelaskan, tren menurun lagi ketika Prabowo kembali bertemu Jokowi pada 11 Oktober 2019, dilanjutkan dengan pertemuan Prabowo dengan para pemimpin partai politik pendukung Jokowi saat Pemilu 2019. Situasi semakin kondusif dengan kehadiran Prabowo dan Sandiaga Uno saat pelantikan Jokowi-Maruf pada 20 Oktober 2019.

Yang menarik menurut Hariqo, adalah munculnya tagar #MatikanTVSeharian tidak hanya berisi konten ketidaksukaan terhadap seseorang, melainkan juga ketidaksukaan terhadap ketidakkonsitenan perkataan Jokowi maupun Prabowo selama masa kampanye, selain juga mencuat penyesalan terhadap pengamanan yang berlebihan.

“Terbaca kecurigaan warga di medsos, bahwa isu radikalisme, komunisme, pancasila, anti korupsi, keyakinan, suku, agama, pentingnya oposisi, sumber daya alam, dll digunakan untuk memperkuat militansi para pendukung agar terus loyal hingga hari H pencoblosan. Sehingga ada ungkapan, jika ujungnya hanya bagi-bagi kekuasaan, kenapa harus perang-perangan saat pilpres,” lanjut Hariqo.

Positif - Negatif

Hariqo menambahkan, tak terbayangkan sebelumnya Jokowi dan Prabowo akan berkoalisi. Selama ini keduanya dianggap seperti minyak dan air. Namun di sini juga ada harapan bahwa pemerintahan akan semakin kuat, karena dua kekuatan dan pengaruh besar berkoalisi, dan memang sebelum pilpres pernah juga diwacanakan apa salahnya Jokowi dan Prabowo bersatu. Tetapi juga ada kekhawatiran munculnya matahari kembar serta potensi otoriter karena oposisi di parlemen hanya sedikit.

“Satu hal yang cukup memberikan harapan adalah bangkitnya gerakan mahasiswa, pelajar dan pengguna media sosial. Kehadiran mereka bisa menutupi kekhawatiran terhadap kualitas pengawasan anggota DPR/DPRD/DPD hasil pemilu 2019. Saat pelantikan 20 Oktober 2019, salah satu akun yang terus melakukan kontrol adalah akun twitter BEM KM Universitas Gajah Mada (@bemkm_ugm) yang mengingatkan Jokowi-Maruf akan janji-janjinya selama ini," lanjut Hariqo.



Tags Politik